Sponsors

1 Mei 2011

MENGATASI WABAH ULAT BULU

Fenomena teror ulat bulu merebak ke sejumlah daerah di Indonesia. Ternyata musibah ini juga pernah terjadi di beberapa negara maju di dunia, termasuk USA. Beberapa laporan ilmiah di jurnal Internasional mencatat wabah serupa pertama kali terjadi di New Mexico, USA pada tahun 1981. Saat itu terajadi wabah serangan ulat bulu jenis Hemileuca nevadensis. Wabah yang lebih hebat terjadi di daerah San Antonio, Texas USA pada tahun 1923 karena serangan ulat bulu jenis Megalopyge opercularis yang menyebabkan gejala klinis lebih berat. Wabah saat itu bahkan memaksa pemerintah negara bagian  San Antonio, Texas untuk meliburkan  sekolah dasar dan menengah selama beberapa hari. Pemerintah negara bagian Texas cepat tanggap dan segera melakukan penatalaksanaan untuk mengatasi masalah ini. Program sukses, wabah pun hilang. Ulat bulu-ulat bulu ini ternyata tidak kapok, populasi mereka meledak kembali pada tahun 1951 di Galvestone, Texas. Sekali lagi karena telah belajar dari masalah terdahulu, pemerintah sukses mengatasi wabah ini dengan baik.

Fenomena ulat bulu yang tidak akan dilupakan masyarakat USA sampai sekarang adalah wabah Lymantria dispar pada tahun 1980′an. Mereka menyebut ulat bulu jenis ini dengan Gypsy moth. Wabah ini sangat fenomenal karena terjadi bertahun-tahun. Penanganan ulat bulu jenis ini tergolong sulit. Musim semi di USA merupakan musim ulat bulu meledakkan jumlah populasinya. Walaupun berhasil dibabat populasi ulat ini pada tahun 1982, tapi populasi ulat bulu ini meledak lagi pada tahun 1983. Berkat penelitian intensif, wabah ulat bulu ini berhasil diselesaikan pada tahun 1984. Warga Amerika yang berusia dewasa tua pasti tidak dapat melupakan kengerian wabah ini.

Penyakit yang disebabkan karena ulat bulu, di dunia kedokteran dikenal sebagai Caterpillars Dermatitis (radang kulit karena ulat bulu). Gejalanya khas, biasanya ditandai dengan kulit yang bentol-bentol berwarna merah (mirip biduren) pada wajah, tangan, kaki, dan leher bagian belakang yang dekat dengan kerah baju. Keluhan yang dominan biasanya adalah rasa gatal yang terus-menerus. Pada penderita Caterpillars Dermatitis biasanya matanya berair dan ada radang kemerahan di kedua matanya. Apabila bulu-bulu ulat yang terbang bersama angin terhirup oleh hidung kita, komplikasi yang paling mungkin terjadi adalah sesak nafas karena penyempitan jalan nafas (bronchospasm). Kalau sudah dalam stadium tersebut (sesak nafas) segera bawa penderita tersebut ke pusat pelayanan kesehatan terdekat (saya sarankan ke UGD RS).

Gatal kulit dan berbagai keluhan yang terkait dengan wabah ulat bulu memang disebabkan “bulu beracun” yang ada disekujur tubuh sang ulat. Setelah diteliti dengan seksama oleh dr. PM Gilmer, “bulu beracun” memang mengandung racun yang dapat memecah fibrin (fibrinolysis protease) dalam tubuh. “Bulu beracun” tersebut memang berfungsi sebagai alat pelindung ulat bulu dari serangan para pemangsanya. Saat “bulu beracun” tersebut menempel di kulit manusia, sistem imun tubuh akan meresponnya dengan reaksi radang sehingga kulit kita berwarna merah. Selain itu reaksi tersebut akan memicu pemecahan sel mast yang berakibat pada pelepasan sejumlah molekul histamin di tubuh, sehingga kita merasa gatal. Pada orang yang mempunyai kulit yang sangat sensitif terhadap “bulu beracun” dapat terjadi penyulit yang sangat berbahaya: asma akut. Yang lebih parah bila bulu-bulu beracun tersebut sampai masuk ke dalam aliran darah kita, maka dapat terjadi perdarahan yang berkepanjangan, perdarahan otak dan gagal ginjal akut.

Ada beberapa cara sederhana yang dapat anda lakukan apabila terkena “bulu beracun”. Pertama, cucilah kulit kemerahan yang terkena “bulu beracun” dengan air mengalir dan jangan lupa disabun. Cara tersebut bermanfaat untuk menghilangkan “bulu beracun” yang menempel ditubuh anda. Kedua, jangan pernah menyentuh atau menggaruk kulit kemerahan tersebut, karena akan mempermudah memperluas keradangan atau bahkan membuat “bulu beracun” dapat dengan mudah menembus pembuluh darah anda. Ketiga, setelah dicuci maka segera keringkan dengan hair dryer. Jangan mengeringkan dengan handuk karena “bulu beracun” dapat menempel di handuk anda dan tertular ke orang lain yang menggunakan handuk yang sama. Keempat, dinginkan kulit yang kemerahan tadi dengan kompres es secukupnya. Kelima, anda dapat minum antihistamin oral, saya sarankan CTM 4 mg (karena murah dan dijual bebas) dengan dosis dewasa 3 tablet sehari. Kalau anda tidak ingin mendapatkan efek ngantuk CTM, anda bisa minum tablet Loratadin 10 mg, dengan dosis satu tablet satu hari. Keenam, anda dapat mengoleskan salep kortikosteroid  bila area kulit yang kemerahan tidak terlalu luas, saya sarankan menggunakan salep hidrokortison bila gatal pada daerah wajah atau salep deksametason bila gatal di daerah tangan dan kaki. Ketujuh, bila disertai rasa sesak nafas segera hubungi RS terdekat.



Referensi & gambar

1. Murtiastutik, Dwi dkk. 2010. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin Dep./SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin FK. UNAIR/RSUD Dr. Soetomo. Surabaya: Airlangga University Press

2. Diaz, JH. 2005.  The Evolving Global Epidemiology, Syndromic Classification, Management and Prevention of Caterpillar Envenoming. American Journal of tropical Medicine and Hygiene. hal 347-357

3. http://media.vivanews.com/thumbs2/2011/04/11/108657_wabah-ulat-bulu-di-bali_300_225.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

saya tidak online selama 24 jam jadi silahkan berkomentar disini. silahkan berkomentar yang baik karena saya tidak bertanggung jawab atas komentar anda